Tuesday, August 15, 2017

Konsep Mutu dan Manajemen Mutu Pendidikan



Pengertian Konsep Mutu Pendidikan
Membicarakan tentang pengertian mutu dapat berbeda bagi setiap orang, karena mutu memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya. Secara leksikal alam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf, atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya). Menurut Joseph Juran mutu diartikan sebagai kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan atau kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi. Sementara menurut W. Edwards Deming menyatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kemudian mutu pendidikan menurut Permendiknas No 63 tahun 2009 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.
Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa persamaan. Artinya, dalam mendefinisikan mutu memerlukan pandangan yang komprehensif. Dalam hal ini ada beberapa elemen yang bisa membuat sesuatu dikatakan berkualitas. Pertama, mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Ketiga, mutu merupakan kondisi yang selalu berubah, artinya apa yang dianggap bermutu saat ini mungkin dianggap kurang bermutu pada saat yang lain. Keempat, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melibihi harapan.
Jadi mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara fektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan kestrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidiakn atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
Setelah memahami definisi mutu, maka harus diketahui pula apa saja yang termasuk dalam dimensi mutu. Garvin mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisi karakteristik kualitas produk, yaitu sebagai berikut.
1.    Kinerja atau performa (performance)
2.    Features, ciri-ciri atau keistimewaan dan karakteristik pelengkap
3.    Keandalan (reability)
4.    Konformitas (conformance)
5.    Daya tahan (durability)
6.    Kemampuan pelayanan (sevice ability)
7.    Estetika (aesthethic)
8.    Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Adapun indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan, hasil langsung pendidikan (hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolok pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, misal tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap), proses pendidikan, instrumen input (alat berinteraksi dengan raw input, yakni siswa), serta raw input dan lingkungan.
Siapa yang seharusnya memutuskan apakah sebuah sekolah berhasil memberikan sebuah layanan yang memiliki mutu? Pelanggan adalah wasit terhadap mutu dan institusi sendiri tidak akan mampu bertahan tanpa mereka. Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah mutu sebagai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini merupakn definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang seringkali diabaikan dari definisi ini, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan.
Standar-standar mutu yaitu:
1.    Standar Produk dan Jasa
a.         Kesesuaian dengan spesifikasi.
b.         Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat.
c.         Tanpa cacat (zero defects).
d.        Selalu baik sejak awal.
2.    Standar Pelanggan
a.       Kepuasan pelanggan.
b.      Memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menyenangkan pelanggan.
  
     Manajemen Mutu dalam Pendidikan
Edwars Sailis mengatakan bahwa TQM dalam pendidikan adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan, saat ini dan untuk masa yang akan datang.Menurut Hadari Nawawi, TQM adalah manajemen funsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas agar produknya sesuai dengan standar kualitas agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development).Sedangkan menurut Sugeng Pinando manajemen mutu terpadu merupakan aktivitas yang berusaha untuk mengoptimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan yang terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komprehensif dalam mengelola organisasi dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya kebutuhan seluruh stakeholder organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas dalam TQM menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak dalam organisasi.
Karena itu pendekatan manajemen mutu terpadu tidak hanya bersifat pasrsial, tetapi komprehensif dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. Manajemen mutu terpadu juga melibatkan faktor fisik dan non-fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-faktor ini akan mengakibatkan kualitas pelayanan menjadi lebih meningkat dan bermakna.
Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan merupakan upaya untuk mengoptimalkan institusi atau lembaga pendidikan dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan demikian manajemen mutu terpadu dalam pendidikan berkaitan dengan:
a.    Pelanggan, baik internal maupun eksternal.
b.    Kualitas, yang dimaksud adalah kualitas pelayanan baik secara individu maupun kelembagaan terus menerus dilakukan oleh setiap individu dan kelembagaan.
c.    Pengambilan keputusan didasarkan atas keputusan yang bersifat ilmiah.
d.   Adanya komitmen semua komponen dalam oraganisasi.
e.    Adanya kerjasama tim.
f.     Perbaikan dilakukan secara terus-menerus.
g.    Kebebasan dilakukan secara terkendali.
h.    Adanya kesatuan tujuan.
i.      Keterlibatan personil secara keseluruhan.
Menurut Pinando mutu pelayanan pendidikan yang baik adalah, sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau melebihi; dan sapat menyajikan layanan jasa pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya baik peserta didik, dunia usaha maupun masyarakat. Dalam manajemen mutu terpadu, sekolah dipahami sebagai unit layanan jasa, yani pelayan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah adalah pelanggan, baik pelanggan intenal maupun pelanggan eksternal.
Beberapa sumber mutu yang dapat mendukung implementasi TQM secara maksimal dalam pendidikan yaitu sebagai berikut:
1.    Komitmen pucuk pimpinan (kepala sekolah) terhadap kualitas.
2.    Sistem informasi manajemen.
3.    Sumber daya manusia yang potensial
4.    Keterlibatan semua fungsi
5.    Filsafat perbaikan kualitas secara berkesinambunagan.
Manajemen mutu total merupakan suatu metode yang dapat membantu para profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Manajemen total dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan antara sekolah, dunia bisnis, dan pemerintah. Ikatan tersebut akan memungkinakan para profesional pendidikan di sekolah atau daerah dilengkapi dengan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu.
Manajemen mutu total merupakan aspek utama dari manajemen total. Manajemen mutu total merupakan metodologi yang mempermudah mengelola perubahan, membentuk fokus perubahan, membentuk infrastruktur yan lebih fleksibel, cepat merespon pada tuntutan perubahan masyarakat, serta membantu pendidikan dalam mengatasi hambatan-hambatan biaya dan waktu.
Perubahan terhadap manajemen mutu total dimulai dengan mengadopsi pembagian tugas tentang pelaksanaan mutu pada tingkat majelis sekolah, administrator, gutu, staf administrasi, siswa, orang tua, dan masyarakat. kegiatan diawali dengan merumuskan visi dan misi dari sekolah, jurusan atau program studi, dan seksi-seksi pendidikan sekolah. Visi manajemen mutu total dipusatkan pada menemukan kebutuhan para penggunaan lulusan (customer), persiapan melibatkan masyarakat secara menyelurh dalam program peningkatan mutu, mengembangkan sistem untuk mengukur nilai tambah dari pendidikan, sistem dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dalam mengelola perubahan, dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan dengan tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik.
Jeroma S. Arcaro membuat model visual dari sekolah yang menerapkan mutu total. Sekolah yang menerapkan mutu total ditopang oleh lima pilar, yaitu berfokus pada pengguna, keterlibatan secara total semua anggota, melakukan pengukuran, komitmen pada perubahan, serta penyempurnaan secara ters-menerus. Pilar-pilar tersebut dibangun di atas keyakinan dan nilai-nilai yang, menjadi pegangan pendidikan.
Bagi organisasi pendidikan adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses jika menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
1.    Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus menerus.
2.    Kekeliuran dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
3.    Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat.
4.    Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali, dan tidak berkuran atau hilang tanpa diketahui sebabnya.
5.    Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
Peningkatan keterampilan dan keahlian bekerja terus dialaksanakan, sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif. Karenanya, kualitas produk dan pelayanan terus meningkat.
Daftar Pustaka
Edward Sailis, Total Quality Management in Education, penerjemah: Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Manajemen Mutu Terpadu, hlm. 73.
Sudiyono, Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Nana Syaodih Sukmadinata, dkk., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung: Refika Aditama, 2006.
M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000.
Dedi Mulyanasa, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan.Yogyakarta: IRCiSoD, 2011.
Nur Hasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21; Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan.Jakarta: Sindo, 1994.
 Terimakasih,...
SEMOGA BERMANFAAT...
 

No comments:

Post a Comment